landasan teori.motivasi berprestasi dan akhlak

BAB II
LANDASAN TEORI


A. Kajian Teori
1. Motivasi berprestasi
a. Pengertian motivasi berprestasi
Atkinson menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan untuk mengatasi hambatan dan berusaha melakukan suatu pekerjaan yang sulit dengan baik dan secepat mungkin. (Djaali, 2011:105). Pernyataan Atkinson diperkuat oleh Husaini Usman (2006:239) bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan dari dalam diri untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan sebagai upaya untuk mencapai tujuan.
Rachman (1993:121) mengartikan motivasi berprestasi sebagai daya penggerak pada diri siswa untuk mencapai prestasi belajar yang setinggi-tingginya. Sama halnya dengan Rachman, Sukmadinata (2005:70) mengartikan motivasi berprestasi sebagai motif untuk berkompetisi baik dengan dirinya atau dengan orang lain dalam mencapai prestasi tertinggi. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi harapan suksesnya mampu mengalahkan rasa takut akan kegagalan.
Motif berprestasi juga diartikan sebagai keinginan untuk berbuat sebaik mungkin tanpa dipengaruhi oleh kebanggaan dan pengaruh sosial, melainkan demi kepuasan pribadinya. McClelland menyatakan bahwa kekuatan motif berprestasi ditunjukkan dalam fantasi atau khayalan. (Carole dan Carol, 2008:175). Sehingga, siswa yang memiliki daya imajinasi yang tinggi cenderung memiliki prestasi yang lebih unggul dari teman-temannya.

David Mc. Clelland (Thoha, 2008:235) menyebutkan need for achievement disingkat n-Ach adalah dorongan untuk mencapai sukses dengan hasil yang baik menurut standar terbaik. Dengan kata lain motivasi berprestasi sebagai motivasi yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan ukuran keunggulan (standard of excellence). Heckhausen juga mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktifitas dengan menggunakan standar keunggulan sebagai ukuran keberhasilannya. (Djaali, 2011:103)
Salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkan cita-cita adalah motivasi berprestasi. Dorongan untuk berprestasi menjadi sikap yang harus ada pada diri siswa sebagai bentuk pertahanan untuk menghadapi tantangan hidup hingga mencapai kesuksesan. Oleh karena itu, motivasi berprestasi menjadi paling penting dalam pendidikan. Dengan memiliki motivasi berprestasi maka akan muncul kesadaran dan dorongan untuk selalu mencapai kesuksesan.
Motivasi berprestasi sebagai daya penggerak didalam diri siswa akan menimbulkan rasa semangat dalam kegiatan belajar yang akan memberi arahan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki oleh siswa sehingga dapat mencapai hasil dengan sebaik-baiknya. Dengan adanya motivasi berprestasi, maka siswa akan memiliki prestasi yang baik. Tinggi rendahnya intensitas motivasi siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi dalam belajarnya.
Dari beberapa teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi berprestasi adalah daya dorong yang terdapat dalam diri seseorang untuk mengatasi hambatan, dan berusaha mencapai tujuan dengan predikat unggul (excellent) demi kepuasan pribadinya. Dorongan tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau berasal dari luar dirinya (internal dan eksternal).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi, diantaranya adalah :
1) Faktor internal
a) Inteligensi
Taraf inteligensi yaitu kemampuan untuk mencapai prestasi. Menurut binet hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk mengadakan penyesuaian untuk mencapai tujuan, dan menilai keadaan diri secara kritis serta obyektif (Winkel, 2007:648). Sama seperti yang diungkapkan oleh binet yang mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan tujuan. (Winkel, 1999:140)
b) Motivasi
Winkel mengatakan bahwa motivasi merupakan daya penggerak dalam diri siswa untuk memperoleh keberhasilan dengan melibatkan diri dengan segala usaha dan kemampuannya dalam kegiatan yang akan meningkatkan prestasinya. (Winkel, 1999:175)
c) Kepribadian
Kepribadian adalah ciri, karakteristik, gaya atau sifat-sifat yang khas atau unik yang dimiliki oleh individu. Kepribadian yang terbentuk dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya lingkungan dari keluarga pada masa kecil dan juga bawaan sejak lahir. Sehingga kepribadian dapat dikatakan sebagai campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis, kejiwaan dan juga yang bersifat fisik.
2) Faktor eksternal
a) Lingkungan rumah
Lingkungan rumah terutama orang tua, memegang peranan penting sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak dalam mengenal dunianya serta membantu proses sosialisasi anak. Memberi penghargaan atas karya dan prestasi belajar anak adalah cara yang tepat daripada memberikan ancaman atau hukuman. (Marjohan, 2009:204). Utami Munandar (2002) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka semakin baik prestasi anak. Hal ini dikarenakan orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi lebih memprehatikan kebutuhan prestasi anak sehingga mereka berupaya untuk memenuhi kebutuhan anak tersebut, baik dai segi psikologis, fisik dan kebutuhan lainnya seperti fasilitas belajar. Sehingga anak merasa terfasilitasi dan lebih bersemangat dalam belajar.
Selain itu, hubungan yang kurang harmonis dalam keluarga dapat menimbulkan gangguan emosional pada anak. Gangguan emosional seringkali berupa ketegangan atau konflik yang dirasakan dalam diri anak. Keadaan seperti ini akan menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam menghadapi tugas. Akibatnya, meskipun anak mempunyai tingkat intelegensi tinggi namun bila anak mengalami gangguan emosional maka motivasi berprestasinya akan cenderung rendah. Sebaliknya, bila hubungan keluarga berlangsung harmonis dan dapat memberikan rasa aman, maka anak akan merasa bebas untuk bereksplorasi dan mengekspresikan diri. Anak yang diberi kesempatan untuk mengekpresikan diri dan ternyata berhasil, maka ia akan merasa tertantang untuk meraih prestasi yang lebih baik lagi. Bila mengalami kegagalan, ia tidak akan menyalahkan lingkungan karena ia menyadari bahwa kegagalan tersebut disebabkan oleh kurangnya usaha dalam mencapai prestasi yang diinginkan.
b) Lingkungan sosial
Lingkungan social merupakan lingkungan sekitar tempat individu hidup dan bergaul sehari-hari. Lingkungan sekitar yang banyak memberikan rangsangan akan membantu meningkatkan rasa ingin tahu individu sehingga akan mengembangkan dan meningkatkan motivasi berprestasinya. Disamping itu, lingkungan sekitar yang memberikan kesempatan pada individu untuk dapat lebih mengekspresikan kemampuannya, akan membuat individu lebih percaya diri, sehingga meskipun mengalami kegagalan, ia akan terdorong untuk mengatasinya dan berusaha lebih baik lagi.
c) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan yang nyaman sehingga anak terdorong untuk belajar dan berprestasi. Teman sebaya memiliki peranan penting dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Teman sebaya yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan mempengaruhi motivasi berprestasi siswa menjadi lebih baik. Namun apabila teman sebaya memiliki motivasi berprestasi rendah akan mempengaruhi motivasi berprestasi siswa menjadi buruk. (John W.Santrock, 2007:534). Oleh karena itu, sebaiknya orang tua mengetahui dengan siapa saja anaknya bergaul.
Lingkungan sekolah juga menyangkut sejauh mana sebuah institusi pendidikan dapat memenuhi kebutuhan individu sebagai siswa berprestasi di sekolahnya, meliputi fasilitas yang disediakan, hubungan antara siswa dan guru, dan hubungan antar siswa sendiri.
Sedangkan dalam jurnal Psikologia Lili Garliah dan Fatma Kartika Sary Nasution (2005:39) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi menurut Fernald & Fernald (1999) diantaranya yaitu:
1) Keluarga dan budaya.
Motivasi berprestasi dipengaruhi oleh lingkungan sosial seperti orang tua dan teman. McClelland menyatakan bahwa cara orang tua mengasuh anak berpengaruh terhadap motivasi berprestasi anak.
Bernstain menyatakan bahwa kebudayaan dapat mempengaruhi kekuatan motivasi berprestasi individu. Seperti cerita rakyat atau hikayat yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi seseorang.
2) Konsep diri
Konsep diri merupakan cara seseorang berfikir mengenai dirinya sendiri. Siswa yang percaya bahwa dirinya mampu akan termotivasi untuk berprestasi yang berpengaruh pada tingkah laku siswa. Dengan konsep diri yang baik maka perilaku yang ditunjukkan siswa juga menjadi baik. Karena siswa mampu mengenali dirinya sendiri.
3) Jenis kelamin
Morgan, dkk (1986) menyatakan bahwa banyak perempuan dengan motivasi beprestasi tinggi tidak menampilkan karakteristik perilaku berprestasi seperti laki-laki. Horner menyatakan bahwa wanita khawatir bahwa dirinya akan ditolak oleh masyarakat.
4) Pengakuan dan prestasi (recognition and achievement)
Seseorang akan termotivasi ketika mendapat perhatian dari orang lain. Selain itu, dengan adanya pengakuan atau penghargaan dari orang lain, maka Individu akan lebih termotivasi untuk belajar/bekerja lebih keras.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor mempengaruhi motivasi berprestasi, diantaranya adalah faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu sebagai tenaga pendidik harus memahami setiap latar belakang permasalahan sehingga ketika mendampingi individu yang kurang termotivasi untuk berprestasi, tenaga pendidik mampu membuat treatment.
c. Karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
Johnson dan Schwitgebel & Kalb, Djaali (2011:109) menyimpulkan individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1) Menyukai situasi dan tugas yang menunut tanggungjawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas nasib dan kebetulan.
2) Memiliki tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar resikonya.
3) Mencari keadaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya pekerjaannya.
4) Senang bekerja sendiri dan siap bersaing mengungguli orang lain.
5) Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan yang lebih baik
6) Tidak termotivsi untuk mendapatkan uang, status atau keuntungan lainnya, kecuali prestasi dan keberhasilan.
Sedangkan dalam bukunya Husaini Usman, (2006:238). perilaku yang berhubungan dengan motivasi berprestasi McClelland yang dikembangkan oleh Tim Achievement Motivation Training (AMT) memiliki enam indikator diantaranya sebagai berikut:
1) Bertanggungjawab atas segala perbuatannya. Individu yang bertanggungjawab tidak akan menyalahkan atau mencari-cari kesalahan orang lain atas kegagalannya.
2) Berusaha mencari umpan balik atas segala perbuatannya, bersedia mendengarkan pendapat orang lain sebagai masukan.
3) Berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan.
4) Berusaha melakukan sesuatu secara inovatif dan kreatif.
5) Merasa dikejar-kejar waktu dan pandai mengatur waktu.
6) Bekerja keras dan bangga atas hasil yang telah dicapai.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi dan diimbangi dengan sikap bekerja keras kreatif dan inovatif misalnya mencari cara yang kreatif untuk menyelesaikan tugas sekolahnya. Siswa mempergunakan beberapa cara belajar yang diciptakannya sendiri, sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran dan akhirnya memperoleh prestasi yang tinggi. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi selalu menginginkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya dan selalu ingin lebih unggul dari yang lain.
d. Karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah
Motivasi berprestasi adalah daya yang mendorong untuk berbuat sesuatu untuk mencapai keberhasilan atau prestasi. Motivasi berprestasi sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar siswa. siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung lebih bersemangat atau rajin belajar sehingga mengakibatkan prestasi belajarnya bagus. Sedangkan, siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah akan cenderung tidak bersemangat belajar atau malas belajar sehingga mengakibatkan prestasi belajarnya jelek.
Karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah adalah kebalikan dari karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi.
Dikutip dari artikel diinternet mengeni Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja (http://www.scribd.com) karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah diantaranya:
1) Bersikap apatis dan tidak percaya diri.
2) Tidak memiliki tanggungjawab pribadi.
3) Bekerja tanpa rencana dan tujuan yang jelas.
4) Ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
5) Setiap tindakan tidak terarah dan menyimpang dari tujuan
Menurut Atkinson dan Raynor (1978), Hendro Prabowo (2008:5) individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah biasanya memiliki karakteristik:
1) Memilih tugas yang terlalu mudah atau sukar. Karena tidak memiliki semangat untuk memiliki prestasi yang bagus.
2) Kurang memiliki tanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakannya. Cendrung menganggantungkan diri kepada oranglain.
3) Tidak menyukai pemberian umpan balik. Maksudnya, inidividu yang tidak menyukai umpan balik cendrung pasif sehingga tidak berkembang.
4) Menyenangi pekerjaan yang berstruktur. Maksudnya adalah pekerjaan yang sudah jelas, mudah, tidak rumit dan dia mampu untuk mengerjakannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah diantaranya memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah sehingga cenderung untuk menghindari tugas yang sukar dan menyebabkan rasa tanggung jawabnya menjadi rendah karena tidak memiliki arah tujuan yang jelas serta ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
e. Cara menumbuhkan motivasi berprestasi siswa
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi berprestasi dalam kegiatan belajar di sekolah, menurut Sardiman (2002:89), adalah sebagai berikut:
1) Memberikan angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya, nilai disini dapat berupa bonus nilai / tambahan nilai dari siswa yang telah mengerjakan tugas di depan kelas atau bagi siswa yang bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh teman maupun dari guru. Bagi siswa, nilai yang baik merupakan salah satu motivasi yang sangat kuat yang akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Sehingga dengan pemberian tambahan nilai ini dapat memberikan rangsangan positif bagi siswa karena kegiatan ini juga berfungsi untuk merangsang keaktifan siswa sehingga melatih sikap berani dan percaya diri sehingga siswa akan termotivasi untuk lebih berprestasi.
2) Hadiah
Pemberian hadiah dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa, misalnya siswa yang mewakili sekolah untuk mengikuti lomba dan mendapatkan juara selain memperoleh hadiah dari panitia lomba, pihak sekolah juga dapat memberikan hadiah berupa buku-buku ensklopedi maupun penghargaan lain seperti beasiswa sehingga dengan pemberian hadiah ini juga dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa yang lain.
3) Memberi ulangan
Ulangan berfungsi sebagai parameter kesuksesan guru dalam mengajar dan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam menerima pelajaran. Dengan adanya ulangan, siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat. Sebaiknya ulangan jangan terlalu sering diberikan karena siswa akan bosan. Dalam hal ini guru harus memberitahukan kepada siswa apabila akan mengadakan ulangan. Ulangan harian merupakan salah satu cara memotivasi yang baik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
4) Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Ketika siswa mengetahui grafik hasil belajarnya maka akan tumbuh motivasi pada diri siswa untuk terus belajar dengan suatu harapan hasilnya akan meningkat.
5) Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Akan tetapi guru juga harus meperhatikan kalimat pujian yang tepat untuk diberikan kepada siswa. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri siswa sehingga mengakibatkan motivasi berprestasinya akan ikut meningkat dan diimbangi dengan meningkatnya nilai akademik siswa.
6) Hukuman
Hukuman memiliki sisi yang negative. Hukuman berfungsi untuk membuat jera namun apabila salah dalam memberikan hukuman bisa membuat siswa semakin malas karena menganggap hukuman tersebut sebagai hal yang wajar. Akan tetapi jika diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman, karena pemberian hukuman yang tepat dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Misalnya memberi hukuman dengan meminta siswa untuk mencari artikel yang membahas mengenai tugas yang tidak dikerjakan siswa. Dengan demikian, hukuman ini juga meberikan ilmu lebih kepada siswa yang bersangkutan. Sehingga siswa tersebut menemukan hal baru yang akan membuatnya termotivasi untuk lebih berprestasi.
2. Pembentukan Akhlak
a. Pengertian akhlak
Ahmad Amin dalam bukunya “Al-Akhlaq” merumuskan pengertian akhlak sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat untuk mencapai tujuan. (Hamzah,1993:12). Akhlak juga diartikan sebagai kehendak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kehendak yang dibiasakan dapat diartikan sebagai akhlak.
“Al-khulk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. (Asmaran, 1994:3). Dalam bukunya Zahruddin (2004:4) Ibn Miskawaih juga menjelaskan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan lebih dulu.
Hal senada juga diungkapkan Imam Al-Ghazali yang mendefinisikan Akhlak sebagai sikap yang mengakar dalam jiwa sehingga melahirkan berbagai perbuatan dengan mudah tanpa berfikir. Jika sikap itu melahirkan perbuatan baik dari segi akal dan syara', maka disebut akhlakul karimah. Jika melahirkan perbuatan tercela disebut akhlakul Mazmumah. (Ardani, 2005:29). Sama halnya dengan Dr. M. Abdulah Dirroz, yang mendefinisikan akhlak sebagai suatu kekuatan, kehendak dipihak yang benar atau dipihak yang salah. (Mustofa, 1999:12)
Jadi akhlak bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban manusia dan mengobati penyakit sosial dari jiwa dan mental, yang bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kebiasaan perilaku seseorang yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari untuk taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Sehingga menjadi sebuah kepribadian dan dari situlah timbul berbagai macam perbuatan secara spontan. Jika kepribadian itu baik maka disebut akhlak karimah, jika buruk disebut akhlak mazmumah.
b. Pembentukan akhlak
Pembentukan akhlak dilakukan berdasarkan pada pengertian bahwa akhlak adalah hasil usaha pendidikan, usaha keras dan pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia termasuk di dalamnya akal, nafsu, fitrah, kata hati, dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat. Kelompok yang mendukung pendapat ini diantaranya Ibnu miswakaih, ibn Sina, al-Ghazali dan lain-lain termasuk kepada kelompok yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil usaha.
Akan tetapi menurut sebagian ahli, akhlak tidak perlu dibentuk karena akhlak adalah insting yang dibawa sejak lahir. Dengan pandangan seperti ini maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya, walaupun tanpa dibentuk. Kelompok ini menganggap akhlak adalah gambaran batin yang tidak dapat merubah perbuatan batin.
Imam al-Ghazali misalnya mengatakan sebagai berikut: “Seandainya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan, maka batallah fungsi wasiat, nasihat, dan pendidikan, dan tidak ada fungsinya hadits nabi yang mengatakan, perbaikilah akhlak kamu sekalian.” (Nata, abuddin 2003:54)
Usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dengan berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak perlu dibina. Dari pembinaan tersebut akan terbentuk pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya menghormati orang tua dan sayang kepada sesama.
Dengan demikian dapat disimpulkann bahwa pembentukan akhlak merupakan hasil usaha dari pendidikan dan pelatihan, terhadap potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia melalui sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan konsisten.
c. Akhlak Al-Karimah
Toto Tasmara (2001:189) mengkatagorikan akhlakul karimah kedalam sifat-sifat Rasulullah, yang disingkat dengan kata SIFAT yaitu: siddiq, istiqomah, fathanah, amanah, dan tablihg. Firman Allah SWT dalam QS Al Ahzab ayat 21,
                
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

1) Siddiq
Siddiq artinya berkata benar. Siddiq bukan hanya perkataan jujur, tetapi juga perbuatan yang sejalan dengan ucapannya. Dalam QS.At-Taubah ayat 119
       
Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.
Jujur adalah salah satu bentuk dari pendidikan karakter. Jujur tidak hanya mengandung pengertian berkata benar tetapi juga tidak mengambil yang bukan haknya. Saat ini, Indonesia sangat memerlukan adanya budaya jujur oleh karena itu jujur diharapkan menjadi karakter bangsa. (Kesuma Darma, 2011:16)
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Siddiq adalah berani menyatakan sikap secara transparan, terbebas dari segala kepalsuan dan penipuan. Hatinya terbuka dan selalu bertindak lurus. Sehingga memiliki keberanian moral yang kuat. Ciri-ciri orang yang siddiq yaitu: jujur pada diri sendiri, jujur terhadap orang lain, jujur terhadap Allah, dan menyebarkan salam.
2) Istiqamah
Istiqamah diterjemahkan sebagai bentuk kualitas batin yang malahirkan sikap konsisten dan teguh pendirian. Perintah untuk beristiqomah salah satunya terdapat dalam QS. Huud ayat 12.
     
Artinya: Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu.
Istiqomah tidak berarti mantap pada pendirian saja tetapi juga berusaha untuk menegakkan dan membentuk sesuatu menuju pada kesempurnaan atau kondisi yang lebih baik. Apabila siswa yang memiliki motivasi berprestasi memiliki akhlak yang istiqomah maka prestasinya akan meningkat. Ciri-ciri orang yang istiqomah adalah mempunyai tujuan, kreatif, sangat menghargai waktu, disiplin,taat pada aturan, percaya diri dan bersikap sabar.
3) Fathanah
Secara umum fathanah artinya cerdas, mahir atau menguasai bidang tertentu padahal makna fathanah merupakan kecerdasan yang mencakup kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Orang yang fathanah tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kebijaksanaan atau kearifan dalam berfikir dan bertindak. Allah berfirman:
….     
Artinya: …. hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (QS.Ar-Ra’d:19)
Dengan adanya motivasi berprestasi maka kecerdasaan seseorang akan meningkat. Seorang muslim harus banyak membaca, melihat, mendengar dan merasakan fenomena alam untuk mendekatkan diri pada Allah. Tidak hanya berbicara dengan mulut, melihat dengan mata, dan mendengar dengan telinga. Tetapi juga harus memiliki pengetahuan yang luas untuk memahami. Ciri-ciri orang fathanah adalah berilmu, disiplin dan proaktif, mampu memilih yang terbaik.
4) Amanah
Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Amanah merupakan dasar dari tanggung jawab, kepercayaan, dan kehormatan serta prinsip-prinsip yang melekat pada orang yang cerdas secara ruhani. Di dalam diri orang yang amanah itu ada beberapa nilai yang melekat yaitu: Rasa tanggung jawab, Rasa berkepentingan, Al-Amin, ingin dipercaya dan mempercayai, Hormat dan di hormati.
5) Tablihg
Kata tablihg artinya menyampaikan. Tablihg yaitu proses menyampaikan sesuatu untuk mempengaruhi orang lain. Firman Allah SWT dalam QS An-Nahl ayat 125
             •     •      
Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dalam ayat diatas mengandung muatan tablihg mencakup aspek kemampuan berkomunikasi (communication skill), kepemimpinan, pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya insani dan kemampuan diri untuk mengelola sesuatu. Dengan adanya motivasi berprestasi yang tinggi maka akan melatih dan membentuk sifat tablihg pada diri siswa.
Kesimpulannya, Rasulullahlah adalah bentuk hidup dari aktualisasi Al-Qur’an. Sifat mendasar yang dapat diteladani dari Rasulullah SAW meliputi, siddiq, istiqomah, amanah, fathonah dan tabligh. Dengan memiliki sifat dasar Rasulullah ini, maka akan tercipta tatanan kehidupan yang harmonis dan tentram. Oleh karena itu, Sifat Rasulullah tersebut menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari. Kelima akhlakkul karimah yang disingkat oleh Toto Tasmara menjadi SIFAT menjadi rujukan penulis untuk digunakan sebagai indikator pembentukan akhlak.
3. Hubungan motivasi berprestasi dengan pembentukan akhlak
a. Pendidikan
Mengutip dari Masnur Muclis (69:2011).
“Anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dasar kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan mencakup tiga hal yang paling mendasar, yaitu (1) Afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul dan kompetensi estetis; (2) Kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3) Psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan ketrampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.”
Dari kutipan tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan pembentukan akhlak. Antara aspek afektif, kognitif dan psikomotorik yang saling terkait. Ketika siswa memiliki motivasi berprestasi yang tinggi serta diikuti dengan kaidah atau cara yang baik dalam mengejar pretasinya, maka disitulah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan pembentukan akhlak.
Tujuan pendidikan nasional yang dikembangkan oleh Dedy Mulyasana (2011:8) sebagai berikut:
1) Berkembangnya potensi keimanan dan ketakwaan.
Dalam Islam, keimanan bukan hanya sekedar iman kepa Allah.SWT tetapi juga menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh keikhlasan.
2) Terbentuknya akhlak mulia diantara kalangan peserta didik.
Mulyasa menjelaskan bahwa membentuk akhlak mulia dilakukan melalui pendidikan akhlak dan pendidikan akhlak adalah sebuah proses aplikatif keagamaan ke dalam sikap, pemikiran dan perilaku. Mulyasa menggambarkannya sebagai rumah dengan fondasi nilai keimanan, ilmu dan amal shaleh sebagai bangunannya dan keikhlasan sebagai atapnya. Sehingga tanpa salah satu diantaranya belum dapat dikatakan rumah yang sempurna. Seperti halnya siswa yang memiliki motivasi berprestasi namun tidak diimbangi dengan akhlak yang baik maka prestasinya ibarat rumah yang belum jadi.
3) Membentuk peserta didik yang sehat.
Sehat yang dimaksud adalah sehat jasmani dan rohani. Siswa yang termotivasi untuk berprestasi yang dimbangi dengan sehat jasmani dan rohaninya maka akan mendapatkan hasil yang maksimal. Misalnya persaingan antar siswa untuk memperoleh beasiswa terjadi secara sehat bdan tidak dengan cara yangcurang.
4) Mencetak peserta didik yang berilmu.
Dengan motivasi yang tinggi diimbangi dengan akhlak yang baik maka ilmu yang diperoleh menjadi barokah.
5) Mencetak peserta didik yang cakap.
Mulyasana (2011:9) berpendapat bahwa guru yang terbebani dengan kewajiban untuk mencapai target kurikulum dengan waktu yang tidak seimbang membuat guru lebih berorientasi kepada kelulusan siswa sehingga guru kurang memperhatikan pembentukan kreatifitas, kecakapan, semangat dan motif berprestasi di kalangan peserta didik.
6) Pembentukan jiwa mandiri dikalangan peserta didik.
Terdapat kendala dalam membentuk jiwa mandiri peserta didik yang salah satunya adalah budaya belajar yang cenderung menggantungkan pada guru. Bahkan pada peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi rendah cenderung menggantungkan pekerjaannya kepada teman sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki sifat mandiri, kreatif serta inovatif.
b. Kepribadian atau karakter
Factor kepribadian atau karakter juga mempengaruhi motivasi siswa. Sehingga, siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yang diikuti dengan kepribadian atau karakter yang baik maka akan baik pula akhlak yang terbentuk.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berlomba melakukan kebaikan yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah:148
              •  •      
Artinya: dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Berlomba dalam melakukan kebaikan yang didasari oleh keimanan dan keikhlasan tidak akan berakibat stress ataupun cemas dan jengkel tetapi justru mendatangkan rasa tenang dan tentram. Dari ayat diatas manusia diperintahkan untuk berlomba melawan dirinya sendiri dari rasa malas, perasaan bodoh, rasa takut, tidak percaya diri, perasaan rendah diri, ketidakjujuran, ketidakadilan dan ketidakbenaran. Bagi siswa, berprestasi dan berlomba untuk meraih prestasi itu memang hal yang menantang dan menyenangkan namun juga harus diikuti dengan cara yang baik.
c. Keluarga
Keluarga tidak hanya berperan dalam mendorong anak untuk selalu termotivasi dalam meningkatkan prestasinya tetapi juga menanamkan empat nilai yang menurut Masnur Muslich (95:2011) diantaranya adalah:
1) Nilai kerukunan
Nilai kerukunan sangat penting untuk ditanamkan sejak dini. Kerukunan merupakan salah satu perwujudan budi pekerti yang luhur. Anak dibiasakan untuk hidup rukun dan mampu menyelesaikan masalah tanpa adanya perpecahan misalnya dengan cara musyawarah.
2) Nilai ketakwaaan dan iman
Ketakwaan dan keimanan sebagai pondasi awal harus ditanamkan sejak anak berada dalam kandungan. Orang tua sebagai panutan haruslah memberi contoh yang baik. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan pengetahuan keagamaan kepada anak dengan baik. Sehingga iman anak akan kuat dan tidak mudah goyah. Semakin tinggi ketakwaan dan keimanan seseorang maka semakin tinggi pula budi pekertinya.
3) Nilai toleransi
Nilai toleransi perlu ditanaman dan dipraktekkan sedini mungkin dalam keluarga. Sehingga akan membawa dampak positif dalam pergaulan anak. Anak akan terbiasa untuk menghargai temna-temannya sehingga tercipta kerukunan.
4) Nilai kebiasaan sehat
Kebiasaan sehat yang dimaksud Masnur Muslich adalah kebiasaan yang mengarah kepada pembangunan atau pengembangan diri yang lebih baik dari sekarang. Misalnya penanaman kebiasaan baik sama halnya dengan meningkatkan motiivasi berprestasi yang diikuti dengan kaidah yang benar.
B. Kajian Hasil Penelitian
Kajian hasil penelitian terdahulu yang relevan dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam penelitian ini. Hasil analisis penelitian terdahulu diantaranya dapat disimpulkan sebagai berikut:
Hasil analisis penelitian Danuari (1990) yang berjudul Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Kemandirian Belajar Pada Siswa Kelas X Dan XI SMA Negeri 1 Banguntapan Bantul Yogyakarta menunjukkan bahwa taraf signifikansi 5% diperoleh rtabel = 0,217 sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh rtabel = 0,283. Dan jika dilihat pada harga rtabel tersebut rxy lebih besar dari pada harga rtabel. Baik pada taraf signifikan 5% (0.380.217), maupun pada taraf signifikan 1% (0.380.283) ada hubungan positif yang sangat signifikan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar pada siswa Kelas X Dan XI SMA Negeri 1 Banguntapan Bantul Yogyakarta
Sedangkan hasil analisis dari penelitianYusrina (2004) yang berjudul Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Di SMP YPI Cempaka Putih Bintaro menunjukkan bahwa taraf signifikansi 5% (2,01) dan pada taraf signifikansi 1% (2,68) dan ternyata diketahui bahwa hasil thitung lebih kecil dari pada nilai ttabel. Hal ini berarti bahwa hipotesa alternative (Ha) yang berbunyi. Adanya pengaruh bidang studi Pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan akhlak.. Ditolak. Sedangkan hipotesa nihil (Ho) yang berbunyi .Tidak adanya pengaruh bidang studi Pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa.diterima.
Dari kedua kajian hasil penelitian, menunjukkan bahwa kedua penelitian tersebut menunjukkan hubungan antar variabelnya. Maka peneliti ingin meneliti sejauh mana hubungan antara motivasi berprestasi terhadap pembentukan akhlak.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dipahami bahwa motivasi berprestasi adalah daya dorong yang terdapat dalam diri seseorang untuk mengatasi hambatan, dan berusaha melakukan suatu tindakan atau kegiatan dengan baik dan secepat mungin serta berhasil dengan predikat unggul (excellent). Sedangkan pembentukan akhlak adalah usaha sungguh-sungguh yang dilaksanaan dalam rangka membentuk akhlak, dengan menggunakan pendekatan yang tepat serta sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik. Sesuai dengan al-qur’an dan hadits.
Ketika siswa memiliki motivasi berprestasi yang tinggi serta diikuti dengan kaidah atau cara yang baik dalam mengejar prestasinya, maka disitu terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan pembentukan akhlak. Sehingga motivasi berprestasi tersebut benar-benar sebuah usaha pribadi dalam mencapai kesuksesan. Karena pendidikan tidak hanya menciptakan generasi yang cerdas secara intelektual saja, tapi juga generasi yang mempunyai akhlakul karimah serta santun dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.
MA Al-Islam Jamsaren sebagai salah insitusi pendidikan yang mengedepankan akhlak siswa dengan menyelenggarakan pendidikan akhlak e3diharapkan dapat memberikan motivasi bagi anak-anak didiknya untuk menjadi bagian dari Sumber Daya Manusia yang unggul disegala bidang, khususnya dalam pembentukan kepribadian muslim yang sempurna


Gambar 2.1. Konsep Kerangka Berfikir.
D. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis akan diuji di dalam penelitian dengan pengertian bahwa uji statistik selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya. Berdasarkan kerangka teori dan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan pembentukan akhlak.
Ha : Terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan pembentukan akhlak.

No comments:

Post a Comment