hubungan motivasi berprestasi dengan pembentukan akhlak siswa

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Motif adalah daya penggerak untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan (Sardiman, 2001:73). Sedangkan menurut Hamzah (2006:30) motif berprestasi adalah motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas dan motif untuk memperoleh kesempurnaan. Dengan kata lain motif berprestasi dapat diartikan sebagai dorongan untuk melaksanakan tugas dengan sempurna.
Motivasi menjadi penting dikarenakan mengarah kepada semua tindakan dengan tujuan tertentu di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. (Oemar Hamalik, 2002:173). Seperti halnya cita-cita manusia, salah satu faktor penting yang dapat mendorong terwujudnya cita-cita adalah motivasi. Sehingga dapat dirumuskan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu. (Ngalim Purwanto, 2003:73)

Mc Clelland merumuskan tiga teori kebutuhan manusia. Teori tersebut diantaranya adalah kebutuhan prestasi (need for achievement), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation), kebutuhan akan kekuasaan (need for power). (Martinis Yamin.2007:225). Pengertian kebutuhan untuk berprestasi menurut McClelland (dalam Alex Sabur, 2003:285) adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya. Kebutuhan berprestasi yang diikuti dengan motivasi berprestasi menjadi penting dalam dunia pendidikan karena memberikan pengaruh positif dalam pembelajaran.
Akhmad Sudrajat (2008) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran, motivasi berprestasi berperan penting untuk menunjang keberhasilan. Tinggi rendahnya motivasi yang dimiliki individu akan menentukan kualitas perilaku yang ditampilkan. Semakin tinggi motivasi seseorang maka akan menunjukkan kualitas kerja seseorang.
Sama halnya dengan pendapat McClelland dan Atkinson, Djiwandono (2002:48) yang menyatakan bahwa motivasi yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi adalah daya dorong untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah diraih sebelumnya maupun yang diraih orang lain. Motivasi berprestasi berorientasi pada tujuan sukses atau gagal. Sehingga siswa dengan motivasi berprestasi tinggi akan berjuang untuk memperoleh kesuksesan. Dan akan berusaha lebih keras lagi apabila menemui kegagalan.
Motivasi berprestasi tidak dapat terlepas dari proses pembentukan akhlak. Akhlak adalah ilmu yang menjelaskan batasan-batasan antara perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk serta mengajarakan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan akhir dari perbuatan tersebut. Akhlak tidak hanya menjadi dasar, tetapi juga telah memberi inspirasi bagi terbentuknya teori pendidikan yang komprehensif. (Hery dan Munzier, 2003:149). Hal ini dipertegas dalam bukunya Martinis Yamin (2003:155) yang menyatakan pendapat para ahli bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Dalam penelitian ini, penulis membatasi pembentukan akhlak pada sifat-sifat Rasulullah yaitu siddiq, istiqomah, fathanah, amanah, tablihg sebagai rujukan dalam indikator pembentukan akhlak.
Saat ini usaha pembentukan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dengan berbagai macam metode terus dikembangkan. Hal ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini akan membentuk pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia. (Abuddin Nata, 2003:155).
Salah satu usaha yang dilakukan di sekolah adalah dengan mengadakan kegiatan keagamaan yang bertujuan untuk membina akhlakul
karimah siswa karena dalam menghadapi era globalisasi pendidikan memiliki
tugas meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) diharapkan juga mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ) terhadap Tuhan Yang Maha Esa, peningkatan keimanan dan ketaqwaan dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3. Yaitu, untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Hasbullah. 2005:310).
Sementara, hingga saat ini kasus contekan masal pada saat Ujian Nasional (UN) masih sering terjadi. Bahkan, terdapat gladi resik nyontek missal yang terjadi di tingkat SD.(http://edukasi.kompas.com). Ini membuktikan bahwa masih banyak siswa termotivasi untuk memiliki prestasi secara akademik dikarenakan paradigma dimasyarakat yang menganggap bahwa prestasi dipandang dari sebuah nilai. Hal ini membuat siswa tertekan. Pada akhirnya siswa berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai yang bagus dengan cara yang tidak sesuai dengan akhlakul karimah. Mengutip dari pernyataan Kesuma Darma,dkk (2011:16)
“Kejujuran dalam penyelenggaraan seolah saat ini dapat kita identifikasi ketika sekolah menghadapi Ujian Nasional (UN). Banyak dugaan bahwa pelaksanaan UN banyak dimanipulasi oelh penyelenggara sekolah itu sendiri, bahkan beberapa kepala sekolah dan guru mengakui akan hal ini.”

Sementara Allah memerintahkan umatnya untuk senantiasa taat menjalankan perintah agama, Yaitu dengan menjalankan segala perintah, serta meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh-Nya. Sementara salah satu contoh kasus diatas menggambarkan rendahnya motivasi berprestasi siswa yang di ikuti dengan buruknya akhlak siswa. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan dari pendidikan nasional belum tercapai seutuhnya dikarenakan masih sedikit siswa yang memiliki akhlak mulia. (Ahmad, 2005:5)
Madrasah Aliyah (MA) Jamsaren memiliki beberapa program pengembangan diri untuk siswa. Salah satunya menerapkan program interpreneurship dengan cara menarik kegiatan ekstrakurikuler menjadi mata pelajaran yang wajib diikuti oleh setiap siswa. Diantaranya kegiatan tatabusana yang dikhususkan untuk putri dan otomotif dikhususkan untuk putra, lengkap dengan laboratoriumnya. Program ini sebagai upaya untuk membangkitkan motivasi berprestasi dan menjaring talenta yang dimiliki setiap siswa terutama dibidang entrepreneur.
Hasil terbaik dari karya siswa tersebut dipajang dietalase sekolah serta di ikut sertakan dalam pameran. Selain itu, sekolah juga memilih beberapa siswa untuk menjual hasil karya mereka di acara sekaten, bazar dan pasar malam. Selain untuk memotivasi siswa, program ini juga sebagai upaya pembentukan akhlakul karimah diantaranya shidiq yaitu jujur, istiqomah (konsisten), fathonah cerdas, amanah dapat dipercaya (tanggung jawab), tabligh yang berarti menyampaikan (cakap, pandai berkomunikasi).
Program lain yang diadakan dilaksanakan sekolah untuk memotivasi siswa agar lebih berprestasi adalah program beasiswa kuliah gratis dengan tambahan uang saku. Oleh karena itu, banyak diantara siswa siswi di Madrasah Aliyah (MA) Jamsaren yang berlomba untuk mendapatkan prestasi yang unggul. Akan tetapi, siswa yang berorientasi pada nilai dalam mengerjakan tugas maupun ulangan lebih sering mencontek daripad mengerjakan sendiri. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, akan memandang tugas atau ulangan tersebut sebagai alat ukur kemampuannya. Sehingga orientasinya bukan hanya pad nilai tetapi juga proses dalam meraih keberhasilan tersebut. Sehingga siswa dengan motivasi berprestasi tinggi akan berusaha dengan rasa tanggungjawab yang diikuti dengan tata cara yang baik dalam memperoleh kesuksesannya.
Akan tetapi, masih ada beberapa siswa yang mencoba untuk mencai bocoran soal ulangan dikelas lain, mencontek disaat ulangan dan bekerjasama dengan teman sebangku. Hal ini dianggap wajar oleh siswa sehingga, peringatan yang diberikan guru belum memberikan efek jera. Perilaku siswa tersebut dapat digunakan sebagai parameter terhadap pembentukan akhlak
Dari latar belakang tersebut, penulis ingin meneliti bagai mana hubungan antara motivasi berprestasi dengan pembentukan akhlak. Oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Pembentukan Akhlak Siswa Kelas XI Di MA Al-Islam Jamsaren Surakarta”

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya motivasi berprestasi siswa
2. Terjadinya krisis akhlak pada generasi saat ini sehingga banyak kasus contekan Ujian Nasional.
3. Pandangan masyarakat mengenai prestasi yang menyebabkan siswa memahami prestasi sebagai nilai, bukan pada proses memperoleh nilai.

C. Pembatasan Masalah
Agar dalam penelitian ini dapat mencapai tujuan yang jelas, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Pembentukan Akhlak Siswa Kelas XI Di MA Al-Islam Jamsaren Surakarta.

D. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah diatas, maka diangkat rumusan masalah yang akan diteliti, yaitu: Adakah Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Pembentukan Akhlak Siswa Kelas XI Di MA Al-Islam Jamsaren Surakarta?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah: Untuk mengetahui Hubungan Motivasi Berprestasi Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Kelas XI Di MA Al-Islam Jamsaren Surakarta.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
1. Manfaat teoritik
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pendidik dalam memotivasi siswa utuk lebih berprestasi.
b. Hasil penelitian ini diharapkkan bermanfaat sebagai data untuk kegiatan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap pendidikan bagi pendidik dan peserta didik

No comments:

Post a Comment