Menilai Karakteristik Dan Kebutuhan Peserta Didik
BAB I
PENDAHULUAN
Didasari pada perbedaan peserta
didik satu sama lain, yang memiliki minat kemampuan, kesenangan, pengalaman dan
cara belajar yang berbeda. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi
kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian
perlu beragam sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Peserta didik memiliki karakteristik
yang berbeda. Perbedaan karakterisik peserta didik terletak dalam pola pikir,
daya imajinasi, pengandaian dan hasil karyanya. Akibatnya, PBM perlu diplih dan
dirancang agar memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi secara
berkesinambungan guna mengembangkan dan mengoptimalkan kreativitas peserta
didik.
Oleh karena itu, pemakalah akan
mengulas lebih lanjut mengenai penilaian karakteristik dan kebutuhan peserta
didik pada bab selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna
Peserta Didik
Menurut
kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari individual yang berarti
orang, perseorangan, oknum.[1]
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang unik. Masing-masing diberi kelebihan
dan kekurangan. Keinginan untuk menjadi diri sendiri itu ada pada setiap
manusia. Maka setiap peserta didik yang berada dalam ikatan pendidikan dengan
pendidiknya, adalah mereka yang kebebasannya ingin menjadi ”diri sendiri”. Dalam
kegiatan kependidikan, sasaran yang kita harapkan akan menjadi orang dewasa
adalah peserta didik, mereka menjadi tumpuan harapan agar menjadi manusai yang
utuh, manusia bersusila dan bermoral, bertanggung jawab bagi kehidupan, baik
bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
Dalam
bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan
sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang sedang berguru (belajar dan
bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari suatu lembaga
pendidikan. Peserta didik adalah subjek utama dalam pendidikan.
Peserta
didik merupakan seseorang yang sedang berkembang memiliki potensi tertentu
dengan bantuan pendidik (guru), ia mengembangkan potensinya tersebut secara
optimal . Istilah peserta didik merupakan sebutan bagi semua orang yang
mengikuti pendidikan dilihat dari tatanan makro. Menurut UU no.20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Dalam
pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.sedangkan
dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang
diserahkan kepada tanggung jawab pendidik[2]
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah individu manusia
yang secara sadar berkeinginan untuk mengembangkan potensi dirinya melalui
proses kegiatan belajar mengajar yang tersedia pada jenjang atau tingkat dan jenis
pendidikan tertentu. Peserta didik dalam kegiatan pendidikan merupakan obyek
utama (central object) yaitu komponen masukan dalam sistem
pendidikan, yang diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia
yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
B. Karakteristik
Peserta Didik
Setiap peserta didik memiliki ciri
dan sifat atau karakteristik yang diperoleh lingkungan. Agar pembelajaran dapat
mencapai hasil yang optimal guru perlu memahami karakteristik peserta didik.
Karakteristik bawaan merupakan karakteristik yang dimiliki sejak lahir baik
menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.
Menurut
Tirtaraharja, 2000 (Uyoh Sadullah, 2010: ) mengemukakan 4 karakeristik yang
dimaksudkan yaitu :
1. Individu yang memiliki potensi fisik
dan psikis yang khas sehingga merupakan makhluk yang unik
2. Individu yang sedang berkembang.
Anak mengalami perubahan dalam dirinya secara wajar.
3. Individu yang membutuhkan bimbingan
individual.
4. Individu yang memiliki kemampuan
untuk mandiri dalam perkembangannya peserta didik memiliki kemampuan untuk
berkembang kearah kedewasaan.
Secara
garis besar karakteristik peserta didik dibentuk oleh dua faktor yaitu:
a.
Faktor bawaan merupakan faktor yang diwariskan dari kedua
orang tua individu yang menentukan karakteristik fisik dan terkadang
intelejensi.
- Faktor lingkungan merupakan faktor yang menentukan karakteristik spiritual, mental, psikis, dan juga terkadang fisik dan intelejensi. Faktor lingkungan dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Lingkungan Keluarga
Pada
lingkungan keluarga seperti motivasi dari kedua orang tua agar menjadi orang
yang sukses kedepannya dan tidak boleh kalah dengan kesuksesan orang tuanya,
kesuksesan teman orang tuanya, kesuksesan anak teman orang tuanya, ingin
merubah nasib keluarga yang melarat, motivasi sebagai kakak yang merupakan
contoh bagi adik-adiknya, motivasi sebagai adik yang tidak boleh kalah dengan
kesuksesan kakaknya.
2. Lingkungan Sekolah
Dari
lingkungan sekolah seperti motivasi ingin menjadi juara kelas, motivasi ingin
kaya karena melihat orang tua temannya yang kaya, ataupun motivasi dari
gurunya.
3. Lingkungan Masyarakat.
Lingkungan
masyarakat misalnya motivasi dari tetangganya yang sukses, motivasi karena
keluarganya selalu diremehkan masyarakat, ataupun motivasi karena masyarakatnya
diremehkan masyarakat lain.
Setelah mengetahui faktor-faktor
tersebut guru dapat memahami bahwa peserta didiknya digolongkan sebagai
individu yang unik dan pilah karena peserta didik pada hakikatnya terdiri dari
individu-individu yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Terdapatnya
perbedaan individual dalam diri masing-masing peserta didik membuat guru harus
pandai-pandai menempatkan porsi keadilan dengan tepat pada setiap peserta
didiknya. Misalnya saja dalam pelajaran fisika, tentunya tidak semua siswa
berminat dalam pelajaran fisika, mungkin ada siswa berminat pada musik, lantas
guru tidak harus memaksanya untuk dapat menyukai fisika apalagi memaksakan agar
paham fisika lebih mendalam dengan memberikan soal dan tugas yang banyak dan
sulit ditambah lagi sanksinya yang berat bila tidak dapat mengerjakan
soal/tugas tersebut. Hal inilah yang nantinya menciptakan potensi buruk pada
diri peserta didik sebagai hasil ketidakpuasanya terhadap lingkungan yang
diterimanya.
Pada prinsipnya perkembangan psikis
peserta didik selalu ke arah yang lebih baik seiring dengan tingkat materi
pelajaran yang diberikan juga semakin tinggi sehingga membuat peserta didik
terbiasa berpikir secara realistis dan sistematis. Tapi guru hendaknya
mendukung dan membantunya mengembangkan potensi tersebut agar lebih optimal.
Peserta didik yang demikian tidak perlu diajarkan fisika sampai mendalam karena
itu hanya akan membuatnya menjadi jenuh pada setiap pertemuan dan sudah menjadi
kompetensi guru untuk dapat menyadari hal ini, tapi bisa juga divariasikan
konsep-konsep fisika yang berhubungan dengan bidang yang diminatinya,
seandainya peserta didik tersebut tidak mengerti paling tidak pasti ia akan
menikmati proses pembelajaran di kelasnya. Selain dengan cara itu guru juga
bisa melakukan pendekatan-pendekatan dalam proses pembelajaran terhadap peserta
didiknya dengan terlebih dahulu membaca situasi. Misalnya saja dengan
memberikan kesempatan kepada siswa yang pintar untuk mengajarkan kepada
temannya yang kurang mengerti. Seperti itulah guru yang profesional.
C. Kebutuhan
Peserta Didik
Tingkah laku individu merupakan
perwujudan dari dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan inti kodrat manusia. Dengan demikian, dapat
dipahami bahwa kegiatan sekolah pada prinsipnya juga merupakan manifestasi
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu tersebut. Oleh sebab itu, seorang guru
perlu mengenal dan memahami tingkat kebutuhan peserta didiknya, sehingga dapat
membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka melalui berbagai aktivitas
kependidikan, termasuk aktivitas pembelajaran. Di samping itu, dengan mengenal
kebutuhan-kebutuhan peserta didik, guru dapat memberikan pelajaran
setepat mungkin, sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya.
Berikut ini disebutkan beberapa
kebutuhan peserta didik yang perlu mendapat perhatian dari guru, di antaranya:
1. Kebutuhan
jasmaniah
Sesuai
dengan teori kebutuhan menurut Maslow, kebutuhan jasmaniah merupakan kebutuhan
dasar setiap manusia yang bersifat instinktif dan tidak dipengaruhi oleh
lingkungan dan pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik yang
perlu mendapat perhatian dari guru di sekolah antara lain: makan, minum,
pakaian, oksigen, istirahat, kesehatan jasmani, gerak-gerak jasmani, serta
terhindar dari berbagai ancaman. Apabila kebutuhan jasmaniah ini tidak terpenuhi,
di samping mempengaruhi pembentukan pribadi dan perkembangn psikososial peserta
didik, juga akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di
sekolah. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik ini,
sekolah melakukan upaya-upaya seperti :
a. Memberikan pemahaman terhadap
peserta didik tentang pentingnya pola hidup sehat dan teratur
b. Menanamkan kesadaran kepada peserta
didik untuk mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung gizi dan vitamin
tinggi
c. Memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk beristirahat
d. Memberikan pendidikan jasmani dan
latihan-latihan fisik seperti olahraga.
e. Menyediakan berbagai sarana di
lingkungan sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat bergerak bebas,
bermain, berolahraga, dan sebagainya
f. Merancang bangunan sekolah
sedemikian rupa dengan memperhatikan pencahayaan, sirkulasi udara, suhu, dan
dan sebagainya, yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan
nyaman
g. Mengatur tempat duduk peserta didik
di dalam kelas sesuai dengan kondisi fisik mereka masing-masing.
2. Kebutuhan akan rasa
aman
Rasa aman
merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan peserta didik,
terutama rasa aman di dalam kelas dan sekolah. Setiap siswa yang datang ke
sekolah sangat mendambakan suasana sekolah atau kelas yang aman, nyaman, dan
teratur, serta terhindar dari kebisingan dan berbagai situasi yang mengancam.
Hilangnya rasa aman di kalangan peserta didik juga dapat menyebabkan rusaknya
hubungan interpersonalnya dengan orang lain, membangkitkan rasa benci terhadap
orang-orang yang menjadi penyebab hilangnya rasa aman dalam dirinya. Lebih dari
itu, perasaan tidak aman juga akan mempengaruhi motivasi belajar siswa di
sekolah.
3. Kebutuhan akan
kasih sayang
Semua
peserta didik sangat membutuhkan kasih sayang, baik dari orangtua, guru,
teman-teman sekolah, dan dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Peserta
didik yang mendapatkan kasih saying akan senang, betah, dan bahagia berada di
dalam kelas, serta memiliki motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
belajar mengajar. Sebaliknya, peserta didik yang merasa kurang mendapatkan
kasih sayang akan merasa terisolasi, rendah diri, merasa tidak nyaman, sedih,
gelisah, bahkan mungkin akan mengalami kesulitan belajar, serta memicu
munculnya tingkah laku maladaptif. Kondisi demikian pada gilirannya akan
melemahkan motivasi belajar mereka.
4. Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan
akan penghargaan terlihat dari kecenderungan peserta didik untuk diakui dan
diperlakukan sebagai orang yang berharga diri. Mereka ingin memiliki sesuatu,
ingin dikenal dan ingin diakui keberadaaannya di tengah-tengah orang lain.
Mereka yang dihargai akan merasa bangga dengan dirinya dan gembira, pandangan
dan sikap mereka terhadap dirinya dan orang lain akanpositif. Sebaliknya,
apabila peserta didik merasa diremehkan, kurang diperhatikan, atau tidak kurang
mendapat tanggapan yang positif atas sesuatu yang dikerjakannya, maka sikapnya
terhadap dirinya dan lingkungannya menjadi negatif. Oleh sebab itu, untuk
menumbuhkan rasa berharga di kalangan peserta didik, guru dituntut untuk:
a. Menghargai anak sebagai pribadi yang
utuh
b. Menghargai pendapat dan pilihan
siswa
c. Menerima kondisi siswa apa adanya
serta menempatkan mereka dalam kelompok secara tepat berdasarkan pilihan
masing-masing, tanpa adanya paksaan dari guru.
d. Dalam proses pembelajaran, guru
harus menunjukkan kemampuan secara maksimal dan penuh percaya diri di hadapan
peserta didiknya
e. Secara terus-menerus guru harus
mengembangkan konsep diri siswa yang positif, menyadarkan siswa akan kelebihan
dan kekurangan yang dimiliknya
f. Memberikan penilaian terhadap siswa
secara objektif berdasarkan pertimbangan kuantitatif dan kualitatif. Artinya,
guru harus mampu menilai perkembangan diri peserta didik secara menyeluruh dan
bersifat psikologis, tidak semata-mata bersifat matematis
5. Kebutuhan
akan rasa sukses
Peserta
didik menginginkan agar setiap usaha yang dilakukannya di sekolah, terutama
dalam bidang akademis berhasil dengan baik. Peserta didik akan merasa senang
dan puas apabila pekerjaan yang dilakukannya berhasil, dan merasa kecewa
apabila tidak berhasil. Ini menunjukkan bahwa rasa sukses merupakan salah satu
kebutuhan pokok bagi peserta didik. Untuk itu, guru harus mendorong peserta
didiknya untuk mencapai keberhasilan dan prestasi yang tinggi, serta memberikan
penghargaan atas prestasi yang dicapai, betapapun kecilnya, baik berupa
ungkapan verbal maupun melalui ungkapan non-verbal.
Penghargaan
yang tulus dari seorang guru akan menumbuhkan perasaan sukses dalam diri siswa,
serta dapat mengembangkan sikap dan motivasi yang tinggi untuk terus berjuang
mencapai kesuksesan. Kalaupun terdapat peserta didik yang gagal tetap perlu
diberi penghargaan atas segala kemauan, semangat, dan keberaniannya dalam
melakukan suatu aktivitas. Guru harus menghindari komentar-komentar ynag
bernada negative atau menampakkan sikap tidak puas terhadap mereka yang gagal.
Komentar-komentar negatif atau sikap tidak puas guru akan membuat peserta didik
kehilangan kepercayaan diri, merasa tidak berharga dan putus asa.
6. Kebutuhan
akan agama
Sejak
lahir, manusia telah membutuhkan agama. Ynag dimaksud agama dalam kehidupan
adalh iman yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan dan
dilaksanakan dalam tindakan, perbuatan, perkataan dan sikap.
Kebutuhan
peserta didik khususnya yang beranjak remaja kadang-kadang tidak dapat
dipenuhii apabila telah berhadapan dengan agama, nilai-nilai sosial dan adat
kebiasaan, terutama apabila pertumbuhan sosialnya telah matang, yang seringkali
menguasai pikirannya. Pertentangan tersebut semakin mempertajam keadaan bila
reaja tersebut berhadapan dengan berbagi situai, misalnya film di televise
maupun di layar lebar yang menayangkan adegan-adegan tidak sopan, mode pakaian
yang seronok, buku-buku bacaan serta Koran yang sering menyajikan gambar yang
tidak mengindahkan kaidah-kaidah moral dan agama. Semuanya itu menyebabkan
kebingungan bagi remaja yang tidak mempunyai dasar keagamaan dan keimanan. Oleh
sebab itu, sangat penting dilaksanakan penanaman nilai-nilai moral dan agama
serta nilai-nilai social dan akhlak kepada manusia khususnya bagi remaja sejak
usia dini.
Remaja
dalam perkembangannya akan menemui banyak hal yang dilarang oleh ajaran agama
yang dianutnya. Hal ini akan menjadikan pertentangan antara pengetahuan dan
keyakinan yang diperoleh dengan praktek masyarakat di lingkungannya. Oleh sebab
itu pada situasi yang demikian ini peranan orangtua, guru maupun ulama sangat
diperlukan.[3]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Menurut UU no.20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik menunjukkan
seseorang manusia yang belum dewasa yang akan dibimbing oleh pendidiknya
untuk menuju kedewasaan.
Secara garis besar karakteristik
peserta didik dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan. Hal
tersebut meruapkan dua faktor yang terbentuk karena faktro terpisah,
masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan
lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Akan tetapi, makin disadari bahwa
apa yang dirasakan oleh seorang anak, remaja, atau dewasa merupakan hasil dari
perpaduan anatara apa yang ada diantara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan
pengaruh lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Hatinah,
Siti. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Refika Aditama.
Sadulloh.
Uyoh. 2010. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: PT Alifa Beta.
Yusrina.
2006. Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di
SMP YPI Cempaka Putih Bintaro (Online)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment