Rabu, 08 Februari 2012
air mata deras di kapal bakauheni-merak
angin
 sore yang berhembus pelan matahari terbenam terlihat indah petang pun 
menyambut hutan kelapa yang damai. Aku segerakan mandi dan berpakaian 
rapi lalu bergegas ke masjid untuk tunaikan sholat magrib berjamaah. 
Lalu setelah sholat aku dan teman-teman ingin mengadakan salam jumpa 
kepada pembesar kampung damai di hutan kelapa. Lama menuggu bersama 
teman, akhirnya sang beliau keluar dari rumahnya  dari pintu depan 
dengan dengan muka kusam dan lelah. Tapi dengan kesungguhan hati dan 
yakin kita tetap menghadap beliau untuk salam jumpa. Akhirnya kita 
disambut dan percakapan diantara kita dimulai. Dengan izin Allah 
akhirnya salam jumpa pun terkabulkan, hati terasa lega akan tetapi hati 
pun menangis deras. Kampung damai pun akan ku tinggalkan tempat yang 
penuh kenanganyang mengajari ku banyak hal. Lalu aku turun dari rumah 
beliau lalu bersigap untuk beres-beres karena keesokan harinya aku harus
 bergegas membeli tiket. keesokan harinya aku siap menuggangi motor tua 
lalu mengunjungi rumah saudara terlebih dahulu lalu membeli tiket, tapi 
sebelum berangkat sempat ada yang titip sesuatu kepadaku yaitu istri 
dari pembesar kampung damai. Setelah mengunjungi saudara lalu beli tiket
 langsung kembali ke kampung damai nan indah. Waktu terus berjalan tak 
terasa hari aku harus meninggalkan kampung damai nan indah. Hati tak 
terasa apa-apa tapi seluruh tubuh pun berat untuk meninggalkannya. Hari 
menjelang sore karena aku harus berangkat sore, aku segerakan untuk 
bersiap-siap meniggalkan kampung damai. Sebelum itu aku harus salam 
jumpa dulu kepada beliau sebelum pergi. Akhirnya beliau menawariku untuk
 mengantarkan aku ke tempat transit karena beliau sekalian keluar. aku 
tak kan menolak tawara beliau, lalu aku angkat barang ku ke atas mobil. 
Lafadz jangan tinggalkan kampung damai pun selalu terlantun di mobil 
oleh beliau, aku merasa tak sanggup untuk mendengarnya, Tapi keputusan 
ku sudah bulat untuk meninggalkannya. Sesampainya di tempat transit aku 
turun lalu salam jumpa kepada beliau. Beliau langsung meninggalkan 
pergi. Aku menunggu lama kendaraan yang akan mengantarku meninggalkan 
kampung damai. Sadudar-saudaraku pada menghampiruku di tempat transit 
untuk salam jumpa. Akhirnya kendaraan ku datang, aku segera bergegas 
naik ke atas kendaraan. Malam pun tiba di pelabuhan bakauheni, kendaraan
 pun masuk ke kapal. Sepi sendiri aku terasa di kapal tak ada kawan yang
 menemaniku. Lalu aku ambil wudhu karena belum sholat magrib dan isya. 
Sesudah sholat aku duduk sejenak untuk berdoa. Tak tahu kenapa air turun
 deras dari mataku tak henti, hati ini terasa bersalah, gelisah, dan 
resah. Tapi ini keputusan ku yang dipilih aku tak merasa menyesal 
walapun hati ini berat dan air mata deras tak henti. Akhirnya aku 
tertidur di ruang  penumpang. Sesampainya di merak hati ku terasa agak 
lega akan tetapi masih teringat jelas. aku pun tak memikirkan sesuatu 
aku hanya berdoa agar selamat di tujuan. Dengan pilihan ku ini aku 
berdoa agar kehidupan di masa mendatang akan lebih baik lagi. Salam 
untuk kampung damai nan indah di hutan kelapa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
 
 

 

No comments:
Post a Comment