PENDIDIKAN HOLISTIK


Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Bimbingan Konseling Islam
Dosen Pengampu:
Imam Mujahid, M.Ag

Disusun Oleh:
Rizka Elfira                                   (26.08.31.143)
Sari Jumiyati                                 (26.08.31.1)
Wulan Yuliana                              (26.08.31.175)



FAKULTAS TARBIYAH / JURUSAN PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2011


PENDAHULUAN
Untuk terciptanya SDM yang berkualitas tentunya perlu dilaksanakan reformasi pendidikan ke arah yang lebih kondusif, terutama melalui pengenalan konsep pendidikan holistik (menyeluruh). Termasuk di dalamnya tentang pembentukan karakter.
Kendati demikian,  tidak perlu adanya program khusus yang dihadirkan sekolah untuk merealisasikan sebuah pendidikan berkarakter. Pasalnya, karakter manusia akan terbentuk dengan sendirinya.“Setiap anak bisa dikatakan membawa karakter masing-masing, sehingga untuk pembentukan karakter di bidang akademis tentunya sulit untuk menjadi keharusan dibentuknya program khusus. Karena hal tersebut,hanya akan menambah masalah baru baik bagi sekolah dan siswa itu sendiri.
Karakter yang berbudi pekerti luhur bisa terwujud jika tenaga pendidiknya dapat menjadi teladan yang baik. Disadari atau tidak, generasi penerus tentunya membutuhkan contoh teladan. “Sejauh ini negara kita bisa dikatakan krisis keteladanan, artinya berapa banyak figur yang terpublish karena korupsinya, ketidakjujurannya, manipulasi, dan lain sebagainya. Kalau kondisinya terus seperti ini apakah bisa kita mencetak generasi penerus yang memiliki budi pekerti yang baik. Untuk itu demi terciptanya pendidikan nasional dengan menerapkan pendidikan berkarakter, harus ada kerja sama yang baik secara menyeluruh.
Ketika masuk sekolah siswa dihadapkan pada masalah yang multikompleks dan dengan sendirinya mereka akan beradaptasi dan membentuk karakter tersendiri. Pelajaran apa pun yang diberikan, karakter akan muncul dengan sendirinya. Karena tujuan pendidikan nasional kita adalah mencetak generasi budi pekerti. Sebetulnya yang paling penting, karakter bisa baik ketika semua pihak ada yang ada di sekolah bisa memberikan keteladanan. Semua harus berawal dari keteladan.

PEMBAHASAN
A.   PENGERTIAN PENDIDIKAN HOLISTIK
Pendidikan holistik adalah pendidikan yang bertujuan memberi kebebasan anak didik untuk mengembangkan diri tidak saja secara intelektual, tapi juga memfasilitasi perkembangan jiwa dan raga secara keseluruhan sehingga tercipta manusia Indonesia yang berkarakter kuat yang mampu mengangkat harkat bangsa. Mewujudkan manusia merdeka seperti ungkapan Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, "Manusia merdeka yaitu manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri."
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Jika merujuk pada pemikiran Abraham Maslow, maka pendidikan harus dapat mengantarkan peserta didik untuk memperoleh aktualisasi diri (self-actualization) yang ditandai dengan adanya:
1.    kesadaran
2.    kejujuran
3.    kebebasan atau kemandirian
4.    kepercayaan.
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya:
1.    menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif
2.    prosedur pembelajaran yang fleksibel
3.    pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu
4.    pembelajaran yang bermakna
5.    pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas guru untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan guru lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Forbes (1996) mengibaratkan peran guru seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan guru bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama lebih utama dari pada kompetisi.
Gagasan pendidikan holistik telah mendorong terbentuknya model-model pendidikan alternatif, yang mungkin dalam penyelenggaraannya sangat jauh berbeda dengan pendidikan pada umumnya, salah satunya adalah homeschooling, yang saat ini sedang berkembang, termasuk di Indonesia.
Membentuk manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal. Selain itu untuk membentuk manusia yang lifelong learners (pembelajar sejati)

B.   STRATEGI
1.    Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid, yaitu metode yang dapat meningkatkan motivasi murid karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang konkrit, bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupannya (student active learning, contextual learning, inquiry-ased learning, integrated learning)
2.    Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conducive learning community) sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan semangat.
3.    Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the good, and acting the good.
4.    Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing anak, yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan juga 9 aspek kecerdasan manusia.
Seluruh pendekatan di atas menerapkan prinsip-prinsip Developmentally Appropriate PracticesModel pendidikan ini telah diterapkan di lebih dari 200 lokasi dalam program “Semai Benih Bangsa” (SBB), yaitu kegiatan TK. alternatif untuk anak-anak yang tidak mampu, dan juga dibeberapa TK dan SD swasta dan negeri lainnya.
C.   PENDIDIKAN HOLISTIK BERBASIS BUDAYA NUSANTARA
Sekarang Pendidikan Barat memperkenalkan istilah PQ, IQ, EQ, SQ, tapi Budaya Nusantara mengenal istilah Sembah Raga, Sembah Rasa dan Sembah Cipta dari karya agung Kitab Wedhatama karya KGPA Mangkunegara IV sejak abad ke-19
Pendidikan yang baik akan menempa seorang siswa agar mampu hidup mandiri tanpa tergantung orang lain dan sebenarnya, negara Indonesia tidak perlu mengadopsi kurikulum pendidikan bangsa lain, yang belum tentu cocok diterapkan di Indonesia, tapi cukup mengembangkan sistem
pendidikan nasional yang mampu membentuk karakter manusia Indonesia seutuhnya. Salah satunya adalah Pelajaran Budi Pekerti seperti yang pernah diterapkan dalam kurikulum nasional oleh Bapak Ki Hajar Dewantara, pendiri Perguruan Taman Siswa.
Prinsip dasar dalam pendidikan Taman Siswa yang sudah tidak asing di
telinga kita adalah:
1.    Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan kita memberi contoh)
2.    Ing Madya Mangun Karso (di tengah membangun prakarsa dan bekerja  sama)
3.    Tut Wuri Handayani (di belakang memberi daya-semangat dan
dorongan).
Inilah pendidikan holistik berbasis budaya Nusantara yang perlu dikembalikan semangat dan kearifannya bagi pendidikan siswa-siswa, generasi penerus bangsa.

No comments:

Post a Comment