ANAK MALAS BELAJAR ( CURHAT BAGIAN I)



ANAK MALAS BELAJAR (BAGIAN I)
Akhir-akhir ini saya merasa kesulitan dalam menghadapi beberapa anak didik saya yang tertinggal secara akademis. Namun, saya rasa dan yakin bahwa mereka sebenarnya anak-anak  yang cerdas. Dan setelah saya telusuri, akar masalah yg timbul dari mereka hampir mirip.
Yang pertama, Sebut saja namanya Davit. Latarbelakang keluarganya bisa dikatakan sangat berkecukupan. Berfasilitas belajar yang lengkap. Namun, beberapa hari saya menjadi teman belajar Davit saya langsung bisa merasakan bahwa materi tidak cukup menunjang semangat anak untuk belajar terlebih meningkatkan prestasi anak. Beberapa kali saya dapati anak dipukul saat tidak mau belajar. Namun, dibiarkan ketika anaknya asik bermain. Saya mengerti, kesibukan orangtua membuat banyak waktu tersita untuk pekerjaan. Bahkan terkadang masalah pekerjaan masih dibaawa pulang. Dan rasa lelah ketika sampai dirumah semakin memuncak saat mendapati anaknya tidak mau belajar dan melihat kondisi rumah yang beratakan.
Saya tahu bahwa orang tua Davit sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya. Saya merasa bingung menghadapi anak yang sangat super seperti Davit. Tapi saya merasakan tantangannya. Karena setiap malam saya terus memikirkan metode apa yang akan saya gunakan besok. Karena hampir semua metode pembelajaran yang saya dapat dibangku kuliah dan pengalaman belajar saya sendiri belum ada yag mempan. Bahkan saya sudah mencoba tips-tips yang ada di internet mengenai memotivasi anak, menciptakan suasana belajar yang fun, memberikan penghargaan namun belum ada yang belajar. Saya masih berfikir mungkin penerapan saya yang mash belum tepat.
Setiap kali belajar Davit mengeluh ngantuk capek malas. Berbagai macam rayuan sudah saya coba untuk membangkitkan semangat Davit. Saya selalu mencari tau  hal apa saja yang sedang asik dibahas oleh anak-anak. Dengan harapan, dengan hal tersebut saya bisa mendapat perhatian Davit. Mulai dari main layangan yang akhir-akhir ini kembali trend di komplek rumah davit. Kemudian berganti PS. Sebisa mungkin saya berusaha untuk tidak marah. Bagaimana tidak menguji kesabaran saya. Tidak jarang Davit tidur disaat saya sedang menjelaskan materi yang kurang dia pahami. Saya langsung berganti strategi. Mengajak Davit bermain. Namun, hasilnya tetap saja NIHIL. Saya bujuk dengan hadiah juga tidak mempan. Hingga kesabaran paling akhir, Saya ancam Davit bahwa saya akan melaporkannya kepada ayahnya. Tentu saja hal ini tidak benar-benar saya laporkan. Karena saya tahu Davit akan langsung dihajar oleh ayahnya. Dan saya sangat menghindari kekerasan itu terjadi.
Tetapi usaha saya tersebut belum juga berhasil. Karena pembelajaran saya rasa tak lagi kondusif. Saya mengajak Davit untuk mengakhiri belajar sore itu. Dan apa yang terjadi setelah itu.. Davit langsung bangun dengan mata orang mengantuk yang masih merah. Namun Davit sangat bersemangat bergabung dengan teman-temannya yang sedang bermain di jalan komplek perumahannya. Betapa kagetnya saya. Begitu mudahnya Davit mendapatkan kesadarannya setelah dia mengeluh mengantuk… yahhh, namanya juga anak-anak. Sambil bermain Davit saya bilang “besok belajarnya sambil main gini aja ya, biar nggak ngantuk” bujuk saya tetapi ditolaknya. Keesokannya Davit benar-benar tidak mau belajar sambil bermain. Akhirnya saya mengambil inisiatif untuk memaksimalkan 10 menit awal untuk menyampaikan inti pelajaran yang belum dia kuasai. Karena saya tau sisa waktunya akan digunakan Davit untuk tidur “ini belajar dari sebelumnya” dan benar saja, Davit sudah mulai menguap, sebelum Davit benar-benar tidur saya tantang dia. Saya katakana bahwa pertanyaan yang tidak bisa dia jawab dapat dijawab oleh anak TK. Dan ini memang nyata. Saya katakana pada Davit bahwa anak TK saja sudah ada yang bisa perkalian, pembagian. Karena kebetulan saat itu sedang belajar matematika. Dan Davit merasa tertantang. Dan akhirnya saya tahu, hal ini menarik untuk Davit. memahami karakter anak memang sangat penting. Dan semoga besok saya mendapatkan kejutan-kejutan yang baru dari Davit. sehingga, saya dapat memberikan pelayanan belajar yang nyaman bukan antara guru dengan anak didik. Tetapi antara teman yang saling berbagi ilmu.
Analisis saya, Davit tipe anak yang suka dengan tantangan. Namun yang namanya anak-anak, moodnya bisa berubah kapan saja. Akan lebih baik jika orangtua ikut berperan serta dalam memberikan pendidikan kepad anak ketika berada dirumah. Usahakan masalah pekerjaan tidak dibawa pulang. Sehingga waktu dirumah benar-benar dicurahkan untuk keluarga. Sebaiknya orangtua juga membiasakan untuk menggunakan kalimat positif ketika berkomunikasi dengan anak. Menyapa anak ketika pulang dari bekerja, mengajak anak untuk menceritakan pengalamannya yang menyenangkan. Memberikan rasa sayang aman dan nyaman pada anak jauh lebih diperlukan anak dibandingan dengan segala fasilitas namun miskin kasih sayang.

No comments:

Post a Comment